Sungai Ciliwung Meluap, Cililitan Dilanda Banjir

Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung – Warga Cililitan kembali dikejutkan oleh musibah yang sudah seperti “langganan tahunan” — banjir! Kali ini, penyebab utamanya tak lain dan tak bukan adalah Sungai Ciliwung yang meluap setelah diguyur hujan deras semalaman. Tak cukup sampai di situ, air kiriman dari kawasan hulu seperti Depok dan Bogor mempercepat proses naiknya permukaan sungai, seolah mempercepat datangnya bencana.

Debit air naik drastis sejak dini hari. Dalam hitungan jam, air merangsek masuk ke permukiman warga, membanjiri rumah-rumah hingga ketinggian setengah meter. Warga yang terlelap tidur pun terbangun dalam kepanikan. Barang-barang berharga buru-buru diamankan, meskipun banyak juga yang tidak sempat terselamatkan.

Rumah Terendam, Aktivitas Lumpuh Total

Kawasan terdampak paling parah adalah RW 04 dan RW 07 di wilayah Cililitan. Air dengan cepat menggenangi jalanan dan rumah, menyebabkan aktivitas warga terhenti total. Sekolah diliburkan secara mendadak, jalan lingkungan tak bisa dilalui, dan layanan publik terganggu.

Warga mengeluh karena situasi seperti ini terus berulang, tanpa ada solusi konkret dari pihak pemerintah. Drainase buruk, pembangunan tak terkendali, dan sampah yang menyumbat saluran air dianggap sebagai biang kerok yang tidak pernah ditangani serius. Mereka menuntut agar Pemprov DKI Jakarta turun tangan langsung dan tidak hanya sekadar mengirim bantuan pasca banjir.

Baca juga : Sejumlah Alasan Masyarakat Sipil Akan Gugat UU TNI ke MK

Evakuasi Darurat dan Posko Pengungsian

Tim BPBD bersama relawan dan petugas gabungan dari kelurahan setempat langsung bergerak cepat. Beberapa warga lanjut usia, anak-anak, dan ibu hamil dievakuasi ke posko pengungsian sementara di kantor kelurahan dan masjid terdekat. Terpal, tikar, dan logistik darurat mulai didistribusikan, meskipun jumlahnya terbatas.

Suasana di posko penuh kelelahan dan kecemasan. Wajah-wajah murung terpampang jelas. Tidak hanya karena kehilangan harta benda, tetapi juga karena kepastian kapan air akan surut masih menjadi tanda tanya. Beberapa warga bahkan memilih bertahan di lantai dua rumah mereka sambil berharap banjir tidak naik lebih tinggi.

Infrastruktur dan Janji Politik yang Mandek

Sudah berapa kali proyek normalisasi Sungai Ciliwung digembar-gemborkan, tapi faktanya nyaris tak ada yang benar-benar tuntas. Pembebasan lahan masih tersendat, dan beberapa segmen sungai masih dipenuhi pemukiman padat yang sangat rentan saat debit air naik.

Warga Cililitan mengaku lelah dengan janji manis politisi yang datang saat kampanye tapi hilang ketika rakyat membutuhkan. Mereka menyebut normalisasi hanya jadi wacana tanpa eksekusi. Padahal, jika proyek ini digarap serius, kemungkinan besar banjir semacam ini bisa diminimalisasi atau bahkan dicegah sepenuhnya.

Tangis Warga dan Harapan yang Terkikis

Suara tangis anak-anak yang kehilangan tempat tidur mereka, teriakan ibu-ibu menyelamatkan dokumen penting dari genangan, hingga para lansia yang pasrah dengan keadaan — semua menjadi gambaran nyata dari luka yang kembali dibuka oleh derasnya air sungai.

Banjir bukan sekadar masalah teknis. Ini soal kemanusiaan, soal bagaimana negara hadir untuk rakyatnya. Dan ketika sungai meluap lagi dan lagi, rakyat tak butuh lagi janji. Mereka butuh tindakan nyata, solusi konkret, dan komitmen jangka panjang.

Sementara itu, warga Cililitan masih berjibaku dengan lumpur, genangan, dan ketidakpastian. Sungai Ciliwung telah berbicara — kini saatnya pemerintah mendengar dengan serius, sebelum air kembali mengamuk dan menenggelamkan harapan yang tersisa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *